Jangan heran ketika berkunjung ke sebuah toko buku, Anda melihat seorang pria dewasa membeli komik manga berjudul One Piece. Karya ini terlalu berharga bila hanya sekadar dianggap bacaan atau anime anak kecil dan remaja semata.
One Piece pertama kali terbit pada 1997 dan 23 tahun setelahnya masih jadi salah satu manga paling populer di seluruh dunia. Mayoritas remaja yang membaca One Piece dua dekade silam, masih setia bersamanya ketika sudah berstatus kepala keluarga.
One Piece adalah cerita tentang petualangan bajak laut mengelilingi dunia. Monkey D. Luffy adalah tokoh utama sekaligus kapten Bajak Laut Topi Jerami. Kelompok Topi Jerami terdiri dari Roronoa Zoro, Nami, Usopp, Sanji, Chopper, Nico Robin, Franky, Brook, dan Jinbe. Luffy ingin berlayar demi mewujudkan cita-cita menemukan One Piece dan jadi Rajak Bajak Laut.
Di awal kisah, Raja Bajak Laut sebelumnya, Gol D. Roger, memang mengatakan telah mengumpulkan seluruh harta berharga yang telah ia dapatkan di suatu tempat. Ia menyerukan orang-orang untuk pergi ke laut dan mencarinya.
One Piece mengangkat petualangan Luffy dan kawan-kawan dari pulau ke pulau. Namun, ceritanya tidak lantas jadi monoton sebatas pertarungan antara Kelompok Topi Jerami melawan musuh-musuhnya. One Piece berkembang melebihi batas-batas itu.
Persoalan yang disajikan One Piece jauh lebih rumit, sehingga pembaca yang terus tumbuh dan berkembang bersama komik ini tak pernah lepas dan pergi meninggalkannya. Narasinya seolah berkembang lebih kompleks mengikuti pertambahan umur para penggemar di generasi pertama. Karena itu, penggemar lama akan setia dan penggemar baru terus muncul dan berdatangan.
Dalam cerita One Piece, tidak pernah digambarkan sosok Bajak Laut Topi Jerami sebagai sosok yang benar-benar pahlawan. Luffy dan kawan-kawan tetap memegang prinsip-prinsip yang dikenal umum di kalangan bajak laut seperti melanggar peraturan dan gemar berburu harta karun seperti saat mereka mencuri emas di Pulau Langit.
Permasalahan pun tidak digambarkan hitam-putih dengan garis pembatas yang tegas. Semua seperti abu-abu. Mayoritas Bajak Laut di One Piece identik dengan keinginan merebut kekuasaan hingga mencari harta bajak laut legendaris Gol D. Roger. Sedangkan Luffy dan kawan-kawan lebih memaknai bajak laut sebagai kelompok yang bebas berkelana di lautan tanpa terkekang peraturan.
Sosok Angkatan Laut di One Piece tak selalu jadi pembela kebenaran, namun tak juga jadi pihak yang sering menyalahgunakan kekuasaan.
Ada tipe Angkatan Laut yang menganut keadilan absolut dan hanya peduli pada tujuan yang harus tercapai, tak peduli caranya, termasuk bila harus membunuh rakyat sipil. Laksamana Akainu termasuk dalam golongan ini.
Ada pula tipe yang lebih memiliki insting untuk mencerna situasi dan menimbang keadilan berdasarkan keadaan di lapangan. Smoker termasuk dalam kategori ini karena ia beberapa kali melepaskan Luffy dan kawan-kawan ketika punya kesempatan untuk menangkapnya, termasuk di Arabasta.
Chapter-chapter One Piece juga bukan melulu soal pamer kekuatan dan pertarungan lewat kemampuan buah iblis. Bagi banyak penggemar, justru alur cerita tiap seri itu yang lebih menarik dinanti dibandingkan sekadar baku hantam atau tukar pukulan.
Banyak hal yang seolah berkaitan dengan situasi dunia nyata dalam cerita-ceritanya. Salah satu contohnya tentang kisah negara yang coba menghadapi ancaman kudeta dan negara yang telah jatuh dalam kudeta tanpa disadari oleh negara-negara lainnya. Ada pula tentang kisah pulau yang hilang.
Plotnya juga tak melulu tentang Kelompok Topi Jerami yang datang, bertarung, lalu menang. Ada kisah-kisah yang diramu oleh alur yang kompleks seperti saat Luffy menghadapi Big Mom. Dalam kisah itu terdapat dua pengkhianatan yang kemudian membuat cerita menjadi menarik dan penuh kejutan.
Para tokoh antagonis juga ditampilkan dengan latar belakang kompleks. Misalnya saja Big Mom yang sejatinya punya cita-cita menyatukan seluruh ras yang ada di dunia hidup bersama di Totto Land miliknya.
One Piece juga mengangkat tema-tema yang relevan dengan situasi saat ini, misalnya terkait rasialisme. Ini dikisahkan lewat Manusia Ikan yang jadi salah satu simbol bentuk rasialisme di dunia tersebut.
Manusia ikan selama ini tinggal di dasar laut dan terus memiliki mimpi untuk bisa naik ke daratan dan hidup bersama manusia lainnya.
Ada pula tema tentang sosok-sosok adikuasa di dunia. Dalam universe One Piece, sosok itu adalah Kaum Naga Langit yang dianggap sebagai pencipta dunia dan berhak atas segala yang mereka inginkan.
One Piece memang telah berjalan 24 tahun namun bagi penggemar yang baru tertarik membaca, tentu tak akan butuh waktu lama untuk mengejar dan menghabiskan membaca hampir 100 volume manga.
Karena One Piece terlalu berharga untuk dipandang sekadar sebuah manga. Dia adalah mahakarya sastra dalam peradaban dunia.
Baca artikel CNN Indonesia “One Piece, Sebuah Mahakarya untuk Dunia” selengkapnya di sini: “https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200627214158-221-518223/one-piece-sebuah-mahakarya-untuk-dunia”